Digital Public Relations dan Tantangan Komunikasi di Era AI dan Metaverse (Kolom)
INDOZONE.ID - Di tengah ledakan konten media sosial yang makin variatif, muncul tren unik yang siap mencuri perhatian Gen Z dan milenial, yaitu virtual influencer. Mereka bukan manusia sungguhan, tapi karakter digital berbasis CGI (Computer-Generated Imagery) yang mampu tampil layaknya selebgram sungguhan. Bahkan, mereka sukses kolaborasi bareng brand-brand besar dunia. Lantas, kenapa virtual influencer jadi tren yang nggak bisa diabaikan?
Virtual influencer adalah tokoh fiktif yang dibuat 100% secara digital, biasanya dikendalikan oleh tim kreatif atau AI. Mereka punya personal branding, gaya khas, bahkan backstory layaknya manusia nyata. Sosok seperti Lil Miquela, Shudu Gram, dan Imma jadi contoh paling populer, mereka eksis di Instagram, muncul di kampanye brand ternama, dan punya jutaan followers.
Menariknya, meski "tidak nyata", para virtual influencer ini berinteraksi aktif di media sosial. Mereka punya opini, ikut tren, dan bisa bikin konten yang relatable buat audiens. Bedanya, semua gerak-gerik mereka bisa diatur dengan presisi tanpa risiko drama dunia nyata.
Ada beberapa alasan kenapa brand dan audiens makin naksir sama influencer digital:
Minim Drama, Gampang Diatur Karakter virtual bebas dari gosip atau blunder pribadi. Tim kreatif bisa mengatur semua aspek hidup mereka, dari outfit, caption, hingga narasi hidup.
Visual Maksimal, CGI Kian Realistis CGI yang makin canggih bikin penampilan mereka nyaris nggak bisa dibedakan dari manusia sungguhan. Bahkan ekspresi dan gaya mereka bisa di-custom sesuai kebutuhan brand.
Fleksibel Banget! Mau difoto di Mars, red carpet Met Gala, atau lagi camping di Bali? Virtual influencer bisa hadir di mana aja tanpa batas lokasi atau waktu.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: